"Pesta Sabun" OPD Karawang: Cermin Gagalnya Kontrol Anggaran Bupati H. Aep Syaepuloh - KARAWANG BICARA

Selasa, 12 Agustus 2025

"Pesta Sabun" OPD Karawang: Cermin Gagalnya Kontrol Anggaran Bupati H. Aep Syaepuloh

Karawang Bicara (KARBI) – Narator/Penulis ; H Acim,

KARAWANG — Saat ribuan warga Karawang masih mengeluh soal pelayanan publik yang tersendat dan kebutuhan pokok yang kian mencekik, birokrasi di bawah kepemimpinan Bupati H. Aep Syaepuloh justru tercatat menghamburkan hampir Rp 1,5 miliar hanya untuk belanja perlengkapan kebersihan dan peralatan rumah tangga.

Data resmi dari Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan (SIRUP) menunjukkan, puluhan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) berlomba menganggarkan pembelian sabun cair, karbol, pengharum ruangan, tisu, hingga peralatan pembersih lainnya dalam jumlah yang mencengangkan. Publik pun memberi cap satir: “Pesta Sabun”.

Simbol Rapuhnya Kepemimpinan Anggaran

Pengadaan massal yang terkesan sepele tapi menguras miliaran rupiah ini mengindikasikan lemahnya kontrol dan pengawasan dari pucuk pimpinan daerah.

Aktivis Karawang, Nace Permana, menegaskan bahwa fenomena ini tidak berdiri sendiri, melainkan bagian dari pola belanja tak prioritas yang dibiarkan berjalan.

> "Kalau bupatinya tegas, hal seperti ini tidak akan lolos. Ini bukan sekadar pemborosan, tapi bentuk nyata gagalnya sensitivitas sosial dan lemahnya komando anggaran," ujar Nace, Sabtu (9/8/2025).

Ia mendesak DPRD dan APIP segera melakukan investigasi menyeluruh, termasuk menelusuri apakah ada indikasi markup atau pengadaan fiktif.

> "Rp 1,49 miliar untuk sabun dan perlengkapan sejenis adalah angka yang absurd di tengah kondisi anggaran yang serba terbatas. Kalau ini terus dibiarkan, rakyat berhak curiga: jangan-jangan ada yang ikut menikmati," imbuhnya.

Bappeda Akui, Tapi Publik Tak Percaya

Kepala Bappeda Karawang, Ridwan Salam, membenarkan adanya pengadaan perlengkapan kebersihan di hampir semua OPD, dengan alasan setiap OPD punya kebutuhan rutin. Namun ia mengakui total anggaran memang menjadi besar jika dikumpulkan.

"Kami akan lakukan rasionalisasi agar tidak ada pembelian yang berlebihan," katanya.

Pernyataan ini dinilai hambar oleh publik. Pasalnya, Bupati sebagai pemegang kendali kebijakan seharusnya sudah menutup peluang pemborosan sejak tahap perencanaan, bukan setelah anggaran disahkan dan berjalan.

Potret “Pesta Sabun” di Era H. Aep

Beberapa temuan belanja dari data SIRUP:

Bapenda: Wipol, sabun cuci tangan, drum sampah, Vixal, tisu — Rp 21,84 juta

Telukjambe Timur: Drum sampah, sabun antibakteri, kamper, rinso — Rp 10,48 juta

Kesbangpol: Kamper toilet, dekorasi mobil hias, pewangi ruangan — Rp 12,14 juta

DLH: Obat nyamuk, pengharum gantung, sunlight, super pel, tisu, vixal, wipol — Rp 16,96 juta

BPBD: Wipol, pembersih kaca, pengharum mobil, bendera pataka custom — Rp 28,98 juta

Dinas PPKB: Sabun cuci tangan, sunlight, kamper, tisu — Rp 18,48 juta

Satpol PP: Sabun antibakteri, semir sepatu, pewangi ruangan — Rp 12,60 juta

Dinas Pertanian: Sabun cuci tangan, tisu, wipol, golok — Rp 27,77 juta

Dan puluhan OPD lain dengan pola serupa.

Skandal yang Menggerus Kepercayaan Publik

Fenomena ini semakin menegaskan pandangan bahwa Bupati H. Aep Syaepuloh gagal mengawal disiplin anggaran dan membiarkan birokrasi berjalan tanpa visi prioritas. “Pesta Sabun” bukan hanya pemborosan, tapi simbol gagalnya tata kelola daerah.

Dalam situasi ekonomi sulit, setiap rupiah APBD semestinya diarahkan untuk hal yang menyentuh langsung kehidupan rakyat — perbaikan jalan rusak, pengentasan banjir, pengadaan obat di Puskesmas, beasiswa pendidikan. Bukan untuk mengisi gudang OPD dengan tumpukan sabun, pengharum, dan tisu yang nilainya setara membangun ruang kelas baru.

Tugas DPRD dan Publik: Mengawal, Menggugat, dan Menghentikan

Jika DPRD sebagai lembaga pengawas hanya diam, maka publik Karawang perlu bersuara lebih keras. Sebab uang ini bukan milik Bupati atau OPD, melainkan milik rakyat yang dikumpulkan dari pajak dan retribusi.

“Pesta Sabun” ini adalah ujian — apakah Karawang punya pemimpin yang berani memutus rantai pemborosan, atau hanya sibuk menjaga citra sementara uang rakyat terkuras untuk hal remeh-temeh.
Comments
Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done